Mimpi Itu Bernama MRT Jakarta

Masih teringat dengan jelas bagaimana tujuh tahun yang lalu, untuk pertama kalinya saya bisa menginjakkan kaki di luar negeri, yakni Singapura di tahun 2012 tepatnya. Singapura dengan SMRT-nya yang keren membuat saya saat itu (dan mungkin kita semua warga Jakarta) berangan-angan. Kapan ya Jakarta juga bisa punya MRT? Ah kayaknya gak mungkin deh. Saat mendengar proyek MRT akan berjalan pun jujur saya masih merasa pesimis.

Stasiun Setiabudi Astra

Vibe-nya ini udah kayak di SMRT banget deh!

Uji Coba Publik MRT Jakarta

Garis kuning adalah pembatas untuk mengantri.

Kemarin, saya tak mau ketinggalan untuk ikut menjajal MRT Jakarta yang diberi nama Ratangga. Stasiun terdekat dari kantor saya adalah stasiun Setiabudi Astra. Cukup dengan berjalan kaki 5-10 menit, saya sudah tiba di stasiun Setiabudi. Kesan pertama waktu masuk stasiunnya? Wow keren banget. Rasanya kayak lagi di Singapura. Saya langsung sibuk minta foto di sana-sini ๐Ÿ˜‚ Dari segi interior plus desain penunjuk arahnya, MRT Jakarta ini bisa dikatakan on par dengan SMRT milik Singapura. Kemudian saat ada peralihan dari jalur bawah tanah ke jalur layang itu kita semua yang ada di dalam MRT sempat heboh sambil berdecak kagum. Iya, sekeren itu guys. Dari sisi ketepatan waktu juga sudah oke banget. Keretanya akan datang dalam rentang waktu 10 menit sekali. Dari Lebak Bulus ke Bundaran HI cuma butuh waktu sekitar 30 menit. Can we say amen to bye bye macet? ๐Ÿ˜ Kabarnya MRT nantinya akan dioperasikan dengan tarif Rp 8.500,00 per 10 kilometernya; untuk stasiun terjauh tarifnya adalah Rp 14.000,00 sedangkan untuk yang terdekat hanya Rp 3.000,00 saja. Saya rasa ini cukup terjangkau bagi masyarakat Jakarta. Sudah aman, adem, nyaman dan ga perlu macet-macetan pula.


Stasiun Lebak Bulus
Bicara soal fasilitasnya, saya rasa MRT ini sudah sangat siap dioperasikan. Namun, ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan oleh pihak Manajemen MRT Jakarta:
1. Papan penunjuk arah yang masih kurang. Setelah selesai menjajal MRT, saya dan teman sempat kebingungan ke arah mana kita mesti keluar. Papan "Exit" pun kurang terlihat jelas karena ukurannya kecil sekali. Kalau dibandingkan dengan yang di Singapura, sudah sangat jelas arah-arahnya. Misal Exit A nanti akan keluar di dekat landmark apa atau dekat mall apa.
2. Tempat sampah yang jumlahnya masih kurang dan rasanya kok tidak terlihat dalam pandangan saya. Atau mungkinkah karena masih dalam tahap uji coba?
3. Voice over pemandu arah dan stasiun. Saya merasa intonasinya masih datar sekali dan kurang ciri khasnya. I don't know what it is to be exact but something is definitely off. Selain itu, volumenya masih bisa dibuat lebih besar lagi. Sempat kesal karena di dalam gerbong MRT ada buibuk asik ketawa-ketiwi sendiri sehingga suara voice over jadi tidak terdengar jelas.
4. Akan lebih baik jika ada semacam denda untuk mereka yang melanggar peraturan, terutama yang makan-minum di dalam MRT dan yang berisik di MRT. 

Tampak dalam gerbong MRT
But overall, it is definitely a very nice experience for me and I'm very impressed. Sebuah angin segar untuk kemajuan transportasi umum kita. Mimpi yang sebenarnya sudah ada dari sejak tahun 1985 akhirnya bisa terwujud di tahun 2019 ini. Semoga ke depannya kita semua bisa merawat MRT ini sebaik mungkin dengan yang pertama dan terutama: menjaga kebersihan! Jangan cuma bagus dan bersih di awal saja, tapi mari sama-sama kita pertahankan supaya tetap keren ๐Ÿ’ชSelain itu, mari budayakan untuk antri dan mengutamakan penumpang yang keluar terlebih dahulu dan berusaha menjaga ketenangan di dalam MRT. Tidak sabar rasanya hingga fase 2 dan fase-fase MRT lainnya selesai dan terintegrasi dengan LRT. #MRTJakarta #UbahJakarta

Budayakan antri. Utamakan yang keluar terlebih dahulu

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes PwC Indonesia - Risk Assurance Division

Pengalaman Seleksi Beswan Djarum 2014/2015 Jakarta

20 Alasan Kenapa Kamu Harus Jadi Beswan Djarum