Character Building Beswan Djarum 2014/2015 : Menempa Diri menjadi Pribadi Berkarakter Unggul (Part 3)
Bagian sebelumnya dapat dibaca di sini - PART 2
Kutipan yang menarik terkait dengan Character Building |
Sebelum memulai post ini, saya minta maaf ya haha karena agak lama update part terakhirnya nih. Maklum lagi sibuk :D Oke, kita lanjut yaah!
16 Januari 2015 - second day of Character Building
Hari ini kegiatannya sama seperti kemarin, diawali dengan lari pagi, sarapan lalu masing-masing regu menuju pos yang telah ditentukan. Kali ini saya akan membahas beberapa game lagi yang menurut saya menarik.
Paint Ball
Waini... game yang paling saya tunggu-tunggu. Dari dulu belum pernah nih nyoba main ginian, tapi berkat Beswan Djarum akhirnya kesampean juga :D Jadi intinya di games ini, kami beradu kemampuan menyerang sekaligus bertahan menggunakan senapan angin berpeluru tinta. Setiap anggota regu akan mendapatkan 15 peluru tinta yang nantinya digunakan untuk menggempur lawan. Satu aturan yang ada dalam permainan ini adalah dilarang membuka masker di area pertempuran. Membiasakan untuk taat aturan dan menjaga keselamatan diri. Apabila sudah tertembak, maka jangan buka masker, angkat kedua tangan dan berjalan menuju keluar arena permainan. Di sesi 1 games, regu kami hampir kalah karena pertahanan kami nyaris terdesak oleh lawan. Tapi beruntung, satu per satu regu lawan yang mendekati wilayah pertahanan kami berhasil kami tembak :D Memasuki sesi 2, perlawanan semakin sengit. Tapi kami berhasil berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik sehingga kami berhasil menyerang hingga ke garis pertahanan lawan. Kami pun akhirnya dinyatakan menang karena sisa anggota kami masih jauh lebih banyak daripada regu lawan dan berhak atas 10 pita merah.
Ini saya loh, mejeng di web Djarum xD Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
My favorite game afterall! Seru bener deh main paintball ini. Selama 2 sesi games, saya beruntung tidak kena tembakan lawan. Ternyata saya jago nembak juga ya ;) Regu saya untuk pertama kalinya berhasil memenangkan 2 sesi langsung di game ini loh. Kesuksesan ini merupakan hasil kerja keras satu regu dan juga adanya April, Beswan UIN yang katanya sih dulu sempet jadi atlet panahan; kebayang kan fokusnya doi buat nembak kayak gimana :o Kemudian juga karena paint ball ini, semangat kami menjadi lebih terpacu untuk menjalani games-games berikutnya dan somehow regu 8 ini jadi lebih solid dibandingkan hari sebelumnya.
Double Rope Bridge
Pos yang regu kami dapatkan setelah paintball semuanya berhubungan dengan ketinggian. Jantung mulai berdebar gak jelas secara saya sendiri benci dengan ketinggian :( Okeh, kembali dulu yah ke double rope bridge. Games ini merupakan games yang menjadi momok paling menakutkan bagi semua Beswan dalam SETIAP Character Building. Tapi ini merupakan games yang paling keren filosofinya menurut saya. Teknis games ini adalah kita harus menyeberangi jurang dengan menggunakan 2 bentangan tali sebagai alat bantu. Kedengarannya mudah, ya kan? Iya mudah, kalau dalam proses menyeberangnya gak ada pelatih alias para bapak-bapak TNI yang begitu semangat mengguncang-guncangkan talinya. Nah, batch terakhir ini katanya sih paling beruntung karena yang goyangin talinya bukan Pak Fernando. Wah saya gak tau deh apa jadinya kalau diguncangkan Pak Fernando. Batch lain sudah bercerita kalau goyangan Double Rope Bridge-nya Pak “Pernando” itu ibarat Ve JKT48 (abaikan) yang BADAI banget. Untuk double rope bridge ini, hanya 3 orang dari regu saya yang mencobanya karena pada double rope bridge sekali jalan hanya untuk 3-4 orang.
Double rope bridge Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
Tuh ekspresinya... Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
Sampe jatuh bangun kannn di games ini... Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
Kalian bayangkan sendiri aja gimana rasanya nyeberang jurang terus di atas tali itu digoyang-goyangkan dengan hebohnya. Ekspresi panik dan ketakutan terpampang begitu nyata sewaktu ketiga teman saya menyeberangi double rope bridge. Saya yang cuma bisa ngeliatin aja sukses dibikin mules.
Ketika kalian sudah ada di tali itu, pilihannya hanyalah maju menyeberang hingga finish atau tidak sama sekali. Dalam hidup, keputusan apapun yang sudah kalian ambil, harus kalian jalani. Kalian gak bisa tarik balik keputusan itu. Yang bisa kalian lakukan cuma jalani sampai selesai. Mungkin di tengah jalan pun gak bakal mulus, pasti ada aja rintangannya. Sama seperti di double rope bridge di mana teman-teman yang telah mencapai setengah dari jembatan tali itu, langsung diguncang kesana kemari hingga kewalahan. Bahkan banyak yang terlepas pegangannya dari tali. Nah, selain pantang menyerah, di sini empati kepada orang lain juga dibutuhkan loh. Kita boleh saja kuat dan mampu secara pribadi, tapi di games ini kita punya pilihan, bantu teman atau meninggalkan mereka yang terjatuh dari tali. So, dari double rope bridge ini kita bisa belajar : empati, kepekaan, tidak egois, pantang menyerah dan berjuang sampai akhir.
Human Jump
Berjalan sedikit dari pos double rope bridge, kami menuju pos Human Jump. Di sini kami menguji adrenalin dengan berlari dari papan lompatan menuju target (berupa samsak) yang berada di atas jurang. Satu per satu teman satu regu saya mulai melakukan lompatan. Ada yang woles banget langsung lompat tapi ada juga yang mikir-mikir dulu. Sejujurnya saya sendiri ragu sih untuk men-volunteer-kan diri untuk jadi yang maju pada giliran berikutnya. Beruntungnyaaaa.... waktu di pos tersebut sudah habis. Dalem hati sih legaaaa banget hahahahah padahal waktu itu posisinya sudah siap tinggal naik tangga aja.
Nah, inti dari permainan ini adalah kontrol diri. Bagaimana kita membawa diri dalam berbagai situasi dan masalah yang dihadapkan di depan mata. Apakah kita akan maju terus menghadapi masalah yang ada atau justru mundur.
Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
Sky Run
Belum kelar stressnya ngeliatin teman satu regu yang selesai melakukan Human Jump, kami harus beralih ke games Sky Run ini. Meniti balok di atas ketinggian 12 meter. Nah, berhubung saya tidak mendapat kesempatan melakukan Human Jump, maka saya dan beberapa teman berkesempatan untuk maju pada giliran awal (sesuai kesepakatan regu). Kebetulan di pos ini pula saya dapat giliran untuk menjadi pemimpin regu. Saya pun maju di urutan ke-2. Awalnya sih pede-pede aja naik tangganya (yang super tinggi itu). Terus pas udah mulai deket ke balok titiannya: duh, kok tinggi juga ini yah. Ngeliat ke bawah mulai deh panik. Deg-degan. Ngeri. Hem. Berhubung ketika mulai menginjakkan kaki di balok titian itu, kaki saya gemetar bukan main dan gak bisa berhenti, akhirnya yang ada saya bukan meniti pelan-pelan tapi langsung blaaaaasss lariii dan memeluk pohon di seberang. Duh kalau inget bagian ini mau ngakak aja deh soalnya gara-gara ini saya diketawain xD But anyway, it is done, right? Last but not least, Sky Run ini punya filosofi agar kita jangan terpancing pada rintangan dan masalah yang ada, tapi fokus pada visi dan tujuan yang ingin diraih.
Sky run yang ketinggiannya gak main-main D: Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
***
Setelah semua games selesai, akhirnya saya bisa bernafas lega. Rangkaian acara hari itu ditutup dengan pengumuman Best Performance dan Red Ribbon Award (Regu Putra dan Putri). Awalnya, Pak Syaiful menanyakan kepada tiap regu terkait dengan jumlah pita merah yang telah kami kumpulkan selama 2 hari ini. Ternyata, jumlah pita merah yang regu saya berhasil kumpulkan merupakan yang paling banyak dari antara regu putri lainnya. Seingat saya, kami berhasil mengumpulkan sebanyak 36 pita. Sementara itu regu putra yang terbanyak berhasil mengumpulkan sekitar 110 pita merah. Eits, tapi jangan senang dulu. Sayangnya kebanyakan regu tidak ada yang sesuai dengan target awal. Target awal kami (dan semua regu putri) kemarin berkisar antara 85-90 pita. Hahahaha gilaaa sok ide banget yaah ternyata regu kami sendiri masih kurang 54 pita. Akibatnya kami bersama-sama disuruh push-up beberapa kali (saya sudah lupa tepatnya berapa). Dari sini saya juga belajar untuk realistis, yakni menyesuaikan kemampuan dengan target/tujuan yang ingin kita capai. Ketinggian atau terlalu rendah juga gak bagus. Tips aja sih buat next Beswan: tetapin target pitanya jangan tinggi-tinggi yah, biarin deh diledekin tapi kan yang penting di akhir nanti tercapai ;)
Sebelum mengakhiri Character Building, kami diajak untuk melakukan evaluasi selama 2 hari di Cikole dipandu dengan Mbak Vivi Adeliana dari pihak Djarum Foundation. Tidak hanya diajak untuk merefleksikan nilai-nilai dan filosofi dari tiap games yang telah kami jalani, di sesi evaluasi ini juga ditayangkan video berbagai ekspresi Beswan Djarum saat mengikuti games.
Sesi evaluasi Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
Diriku masuk video waktu sesi evaluasi ihiy :D |
Acara malam itu diakhiri dengan api unggun di mana Beswan menuliskan karakter-karakter buruk kita di secarik kertas lalu secara bergiliran kami membakarnya di api unggun tersebut sebagai simbol hilangnya semua sifat buruk yang pernah kita miliki dan berharap berkembang ke arah karakter yang lebih baik lagi. Sebelum menuju barak masing-masing untuk tidur, kami disuguhi oleh performance dari live band, nari poco-poco bareng Bapak-Bapak TNI (which is SUPEERRRR FUNN!) serta tak lupa menikmati snack malam berupa sekoteng dan bakso tahu khas Bandung.
Membuang semua karakter buruk yang disimbolkan dengan membakar kertas berisikan karakter-karakter buruk ke api unggun Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
Beswan ikutan nyanyi saat performance band Pic credit: djarumbeasiswaplus.org |
Keesokan paginya, 17 Januari 2015, kami berkemas dan bersiap kembali ke daerah masing-masing. Tak lupa kami dibagikan goodie bag lagi oleh pihak Djarum yang berisi kain hasil membatik di Nation Building yang lalu dan juga kartu nama. Iya, kartu nama loh! Kece banget gak tuh? Dan gak tanggung-tanggung, setiap dari kami diberikan 2 box kartu nama pribadi (sampai sekarang pun saya masih punya banyak kartu namanya). Sebelum naik ke bus, kami pun saling tukar-tukaran kartu nama.
Mejeng dulu sama Bapak TNI yang kece :D |
Neng Geulis Kelompok 8 :3 |
Conclusion
Character Building Beswan Djarum 2014/2015 Batch 5, you'll be greatly missed, all awesome people! Awal-awal waktu mau ikut udah takut duluan karena denger bakal dilatih secara militer. Tapi ternyata setelah dijalani malah pengen ikutan lagi :3 Kangen tidur di veltbed Barak Diponegoro, ciwi2 neng geulis kelompok 8 yang akhirnya dapet Red Ribbon Award putri, makan di hitungan ke-10 harus udah abis, lari heboh buat sembunyi di balik pohon pinus waktu denger ledakan meriam dan tembakan pistol, jawab perintah dari pelatih harus selalu diawali kata "siap", kehujanan dan acara terus jalan sampai badan menggigil, push-up tiap ngelanggar aturan dan gak mencapai target pita, Caraka Malam, bapak2 TNI AD Detasemen 235 yang Sunda pisan "dari setar ke pinis", main paint ball dan games lainnya ;) Thank you Djarum Foundation for allowing me to feel such a splendid experience!
Untuk saya pribadi, di sini saya sangat merasakan bagaimana pentingnya time management. Di sini benar-benar disiplin, bahkan 1 games pun sangat ketat mau makan atau mandi pun dijatahin waktunya. Jadi 2 hari digojlok di Cikole banyaaak sekali aktivitas yang dilakukan. Semoga ke depannya saya bisa mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang telah didapatkan di Cikole ini di kehidupan sehari-hari, terutama dalam me-manage waktu sehingga saya dapat memanfaatkan 24 jam yang telah dianugerahkan Tuhan semaksimal (dan se-produktif) mungkin.
Salam Beswan
Eugenia Septhariani
Beswan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya 2014/2015
Eugenia Septhariani
Beswan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya 2014/2015
TWITTER/ASKFM : @eugeniatheodora | INSTAGRAM : @eugeniasepthariani
E-MAIL : eugeniasepthariani[at]gmail[dot]com
E-MAIL : eugeniasepthariani[at]gmail[dot]com
Terima kasih banyak, kakak telah menuliskan pengalaman yang sangat berharga ini, kami pun yang tidak mengikuti program Beswan jadi bisa belajar banyak tentang nilai-nilai penting yang diajarkan pada acara Outbond tersebut.
ReplyDeleteSemoga kita bisa sukses di masa depan dan bisa menjadi pemimpin-pemimpin Indonesia yang mempunyai semangat dan nilai-nilai seperti yang diajarkan pada Character Building ini, agar Indonesia bisa kembali menjadi Macan Asia