Doa yang Terjawab : Secured My Very First Job!

"Hidup ini jangan dibiasakan yang instan-instan, Le, jangan mau gampangnya saja. Hal-hal terbaik dalam hidup justru seringnya harus melalui usaha yang lama dan menguji kesabaran dulu." - Ika Natassa, Critical Eleven

Quotes tersebut "ngena" banget ke gue dan pas menggambarkan situasi yang terjadi belakangan ini. Kalau mau mendapatkan sesuatu, ya mesti usaha dulu. Yap, semua berawal di bulan Maret, tepatnya setelah gue mengakhiri internship di salah satu perusahaan. Dua bulan lamanya hidup gue seolah dilanda kecemasan dan ketidakpastian. Gue dengan keukeuh-nya mempertahankan keyakinan kalau bisa dapet permanent offer di situ. Plan B pun tak punya, kalau seandainya gagal dapet permanent offer. Over pede sih bukan ya, tapi lebih ke "kepala batu" aja.




Selama satu bulan lamanya - kira-kira sampai bulan April - gue bersikap keukeuh. Karena belum dapet kabar juga, berkali-kali HRDnya gue "teror" haha. I tried to follow-up them via WhatsApp and e-mail them so many times. Mungkin temen gue juga pada bingung, "Kok ni anak ngotot bener pengen kerja di situ? Lah kalau memang bukan jodohnya gimana?" Kenapa gue keukeuh pengen kerja di situ? Karena menurut gue, gue bisa dapetin learning curve dan self-development yang oke di situ; yah walaupun konsekuensinya adalah harus kerja overtime. Tapi dari masukan temen-temen gue di situ sedikit demi sedikit, mata gue seolah dibukakan lewat temen-temen gue. Gue juga dihadapkan pada satu fakta : cari kerja itu SUSAH jadi jangan cuma bergantung sama satu perusahaan aja. Faktor luck juga sangat bermain di sini. Akhirnya akhir April gue coba daftar ke perusahaan lain; yang notabenenya gue bahkan gak ada keinginan sedikit pun buat kerja di situ dan cuma murni buat cadangan aja. Iya gaes, segitu despo-nya gue sampai berpikiran kalau nanti gak keterima di tempat itu yang gue pengen, gue bakal kerja di sini aja :")

Di momen itu gue juga mikir "Tapi siapalah gue sampai berani mengatur Tuhan?" Dari pertengahan April akhirnya pun gue gak keukeuh lagi dan mulai menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Setiap hari gue jadi lebih rajin doanya, bahkan sampai doa Novena Tiga Salam Maria dan doa Rosario. I said in my prayer : Tuhan, kalau memang ini tempat kerja terbaik buatku, tolong lancarkan dan mudahkan semuanya. Gak jarang gue doa sambil pake acara nangis malem-malem. Duh luar biasa pergumulan batin waktu itu :") All I want to do is to make my parents proud of me. 

Gue percaya kalau Tuhan punya rencana terbaik buat semua umat-Nya. Dan... it happens. Mulai awal Mei, semuanya itu seolah berlangsung begitu cepat. Tanggal 4 Mei tepatnya, gue dapet e-mail yang mengabarkan kalau result assessment gue ternyata harus di follow-up dengan written test lagi. JEDER. Rasanya sedikit kayak tersamber petir di siang bolong. Gak deng boong. Gue posisinya waktu itu lagi trip ke Singapore, hadiah graduation dari bokap. Waktu dapet e-mail itu ada sedikit rasa senang karena lega seenggaknya masih ada kabar dari HRDnya. Tapi di sisi lain, kecewa juga, udah capek-capek magang kok ya result-nya mengharuskan gue ikut tes dari awal, which is sama seperti ikut rekrutmen jalur biasa. Takut juga iya, karena kata orang tesnya susah. Takutnya makin dobel karena temen gue yang bekas anak magang juga ikutan tesnya dan belum beruntung dapetin kerja di situ :( Di saat teman lain melenggang begitu mulusnya dari status magang ke karyawan tetap tanpa perlu ikut tes tertulis dan interview gue harus ikut tes ulang dari awal lagi :") Kecewa berat tapi di sisi lain gue bersyukur bahwa itu artinya masih ada peluang untuk diterima di perusahaan ini.

Temen gue pernah nulis gini di blognya: "Kita bisa memutuskan untuk kecewa atau tidak kecewa. Namun, ketika kita kecewa, sadarilah bahwa kita sesungguhnya belum percaya sepenuhnya pada Tuhan -- Tuhan yang berkuasa penuh dalam kehidupan kita. Kita belum percaya kalau Tuhan yang mengatur dan membuat hidup kita jadi rancangan yang baik, bukan rancangan kecelakaan. Ketika kita memutuskan untuk kecewa, kita hanya menyakiti diri sendiri. "Yang kotor", yaitu sumber masalahnya tidak akan selesai. Bagaimana bisa terselesaikan, jika kita hanya berfokus pada kekecewaan kita dan mengabaikan sumber masalahnya? Fokuslah pada Tuhan, maka kekecewaan itu akan hilang." Super bijak yaa temen gue ini? :") 

Dari situ gue memilih untuk nggak kecewa dan dimulailah perjuangan to secure a job. Gue belajar mayan gila-gilaan juga sih sampe bela-belain beli buku psikotes buat latihan. Masalahnya, sebelum gue ikut tes di situ, gue ikut tes untuk program MT (Management Trainee) di perusahaan lain dan langsung gagal di tahap psikotes. Di situ gue sadar bahwa di kebanyakan tahap awal mencari kerja, CV lu ga bakal diliat sama sekali (kecuali lu ada koneksi dan dapet rekomendasi). All you have to do is to pass the written test first, then your CV will be reviewed for next stage of recruitment process.

18 Mei, gue ikut written test-nya. Kalau waktunya memungkinkan gue akan coba share gimana sih gambaran written test-nya. Berbekal info dari temen gue yang sudah ikut tesnya duluan dan latihan dari buku psikotes, buku Accounting Information Systems, soal-soal sertifikasi CISA dan buku TOEFL; I did my best. Hari itu yang ikut tes ada sekitar 20-an dan bakal ditempatkan ke divisi yang berbeda-beda. The test was such a nerve-wrecking for me, but with enough preparation, I think the test I working on was so far so good. I managed to answer all the questions in the brief time per section. The result is expected to be informed within 2 weeks. Gue pun kembali menunggu. My life for these past 3 months is about waiting, waiting and waiting. It's kinda frustrating knowing your friends around you already secured their job and I was like... a peasant; waiting to be rotten at home xD Okay I'm exaggerating things. But truth is... setiap hari gue bangun, nyalain hp buat nge-cek apakah ada e-mail masuk. That period was such a lowest point in my life, I think. 

Eight days later, tepatnya 26 Mei, akhirnya e-mail yang ditunggu-tunggu datang. Puji Tuhan, gue dinyatakan lulus written test. Di situ gue senangnya bukan main karena artinya tinggal 1 tahap lagi yang harus dilalui. Di masa penantian apakah gue bisa dapetin kerjaan ini atau enggak, keyakinan gue sedikit goyah. Pasalnya gue kembali menerima undangan untuk tes dari perusahaan lain (which is I applied for last April) di tanggal 30 Mei. Ikut atau enggak ya. Beberapa teman mengingatkan akan kemungkinan gue gagal di tahap final interview nanti. Seenggaknya gue punya cadangan kerjaan kan. Akhirnya gue putuskan untuk ikut saja. Karena memang pada dasarnya gak mau kerja di situ, gue kerjainnya boleh dibilang asal-asalan. Gue beruntung saja karena pernah menghadapi jenis soal psikotes yang serupa, akhirnya bisa lolos ke tahap interview psikolog. Mohon jangan ditiru, guys, ini gue parah banget haha. Saran gue sih kalau lo gak bener-bener pengen kerja di tempat itu jangan pernah ikutin tesnya. Saat itu suasana hati gue bener-bener gak enak banget. Kesannya gak ikhlas kalaupun bisa keterima di situ. Tapi gue ambil saja sisi positifnya yaitu gue bisa latihan untuk menghadapi interview.

2 Juni, gue dikabarkan via telepon kalau gue akan menjalani user interview session di tanggal 6 Juni. Udah lega sedikit karena ini final stage. Eh tapi, e-mailnya belum selesai gue baca, ternyata gue harus menyiapkan presentasi juga. I need to choose 2 topics; one in Bahasa and one in English. Each presentation should be in 2 minutes and 3 minutes for Q&A. Duh gusti, cobaan apa lagi ini :( Sejauh yang gue tau, teman lain gak ada yang disuruh presentasi. Cuma gue aja nih. Mungkin karena divisi yang gue apply itu memang beda sendiri dari yang lain.

At first, I was so confused and didn't know what to do to. But thank God, I have supportive friends. I ask them for some opinions and one of them even voluntarily helping me to edit the presentation design :") Mereka tetap meyakinkan gue kalau gue bisa, even when I don't believe in myself. I love you guys to the moon back. Apalah yang telah gue lakukan sampai kalian segitu baiknya masih mau nyemangatin dan membantu gue di saat-saat sulit :") I owe you guys.

6 Juni, gue tiba lebih pagi di kantor. Tepat jam 9 interview dan juga presentasi dimulai. Interview berlangsung kurang lebih 45 menit. I did it pretty well I think. Yang gue kira sebelumnya bakal serem ternyata malah kayak ngobrol-ngobrol biasa. Bersyukur karena 2 orang yang interview gue (yang satu Senior Manager, satu lagi Manager) itu orangnya fun dan kocak banget. Ternyata managernya juga lulusan si kampus oren, jadi bisa sedikit lega haha.

And finally.... 
Tanggal 9 Juni, praise the Lord I got the job offer :") I immediately said YES and confirmed the job offer. Words cannot be described what I'm feeling at that time. Kado ulang tahun terbaik buat bokap gue yang ultah 10 Juni :") Thank you for my dad who always believe in me. Bokap gue satu-satunya orang yang percaya kalau gue bisa dapetin job di perusahaan yang satu ini. Lebih lucunya, ternyata gue pernah menuliskannya di dream book seperti ini :


Dan ternyata beneran kejadian, setelah menunggu hampir 3 bulan pasca internship, baru dapet permanent offer-nya pas di bulan Juni. His timing is always perfect. Never too early, never too late :") Gue seharusnya dari awal percaya saja dan menyerahkan semuanya ke Tuhan, biar Tuhan yang atur semuanya.

Dari pengalaman mencari kerja ini, I learned so much. Yang pertama, I've discovered that waiting is a kind of beauty too. When you have stamina and patience, waiting is a sort of discovery. Cinta aja nungguin Rangga sampai ratusan purnama kan masa ini baru 3-6 purnama aja udah nyerah sih. Tapi ingat, harus tahu batasannya kapan mau tetap menunggu. Ketika kamu ngerasa hal ini pantas dan layak buat ditungguin, then just go for it. Tapi ada saatnya juga kamu harus let go dan move on. Seperti kata Paulo Coelho ini:


Kedua, harus sabar. Itu yang penting. Mungkin Tuhan lagi menguji gue yang orangnya memang gak sabaran ini :") And finally, kalau ingin mendapatkan sesuatu memang gak ada yang instan, harus usaha dulu dan lengkapi usahamu dengan doa. Tuhan tahu tapi menunggu. Dari gue lulus di Februari sampai bener-bener masuk kerja di Agustus nanti, perlu waktu 6 bulan :") Waktu yang cukup lama, but it's worth the wait, I think. 




The struggle was real and I'm not going to take my very first job for granted. Perlu usaha keras untuk bisa sampai ke tahap ini. Perlu waktu lama untuk bisa naik level dari seorang anak magang hingga ke karyawan tetap. Jalannya gak mulus, guys, tapi berbatu. Gue percaya ini jalan terbaik yang Tuhan siapkan. Walaupun mungkin gue tergolong "telat kerja" dibanding teman-teman yang lain, gue percaya waktunya Tuhan lebih baik daripada versi gue. Bersyukur karena mendapat berkat untuk bisa kerja di tempat yang gue pengen, walau harus menunggu cukup lama. Bersyukur juga karena kapan lagi punya waktu liburan lama kayak gini sebelum akhirnya lo terjun ke dunia kerja. Mungkin Tuhan kasih gue waktu untuk istirahat supaya lebih fresh lagi karena Dia tahu di sepanjang 2015 gue sudah bekerja sebagai anak magang di 3 perusahaan yang berbeda :") I'm gonna do my very best at work and fight during 3-months-probation period and onwards! 

Jadi kalau lo punya keinginan, state how bad you want it, bawa ke dalam doa dan serahkan keinginanmu pada Tuhan, dan work hard your ass off! You'll end up getting what you want or get something that is much better than what you wished for.

So, untuk kalian para job seeker, tetap semangat dan jangan pernah menyerah ya! Gagal sekali, coba lagi. I admit cari kerja itu memang gak mudah dan terkadang prosesnya bisa sangat lama, tapi tetap percaya kalau Tuhan punya tempat terbaik buat kalian :)



TWITTER/ASKFM : @eugeniatheodora | INSTAGRAM : @eugeniasepthariani
E-MAIL : eugeniasepthariani[at]gmail[dot]com

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes PwC Indonesia - Risk Assurance Division

Pengalaman Seleksi Beswan Djarum 2014/2015 Jakarta

20 Alasan Kenapa Kamu Harus Jadi Beswan Djarum